Kenya berambisi membuat sistem elektronik berteknologi tinggi dalam
Pemilihan Umum Presiden Kenya tahun 2013. Tapi hal itu tidak
terealisasi. Banyak terjadi kerusakan dan kesalahan teknis yang membuat
sistem beralih ke proses manual.
Pemilihan Umum Presiden Kenya
menggunakan laptop untuk mencatat pemilih yang hadir di setiap tempat
pemilihan suara (TPS). Masalah pertama datang dari laptop yang kehabisan
daya baterai. Penyelenggara pemilu seakan tidak melihat realitas bahwa
beberapa bangunan sekolah, yang dijadikan lokasi TPS, banyak yang belum
terhubung dengan listrik.
Baru 23 persen wilayah tersebut yang memiliki akses listrik.
Di beberapa lokasi, menurut laporan NPR, alat identifikasi biometrik ibu jari mengalami gangguan. Petugas tidak diberi tahu nomor PIN dan password yang dibutuhkan untuk me-restart software.
Calon
pemilih terpaksa menunggu beberapa jam di bawah terik matahari, demi
memberi suara mereka kepada calon presiden yang diidamkan.
Tak
berhenti sampai di situ. Saat petugas mulai melakukan penghitungan
suara, rencananya hasil penghitungan akan dikirim lewat pesan singkat
atau SMS. Namun sayang, sistem pengiriman SMS itu overload atau tak dapat menampung jumlah data yang masuk.
Penghitungan
kembali pada sistem manual. Petugas membawa hasil suara ke Nairobi, ibu
kota sekaligus kota terbesar di Kenya. Gangguan sistem elektronik
dikritik banyak pihak, bahkan disebut memicu kecurangan dalam
penghitungan.
Enam hari kemudian, Komisi Pemilihan Umum
Independen Kenya mengumumkan Uhuru Kenyatta sebagai pemenang dalam
Pemilihan Presiden 2013. Ketua Komisi Pemilihan Umum Independen Kenya
Issack Hassan mengatakan, Kenyatta mendapat 50,07 persen suara sehingga
pemilu putaran kedua tak perlu digelar.
Pemerintah Kenya telah
melakukan investasi sebesar 10 miliar dollar AS untuk membangun Sillicon
Savannah, sebuah pusat perusahaan rintisan (start-up) digital yang diharapkan menjadi magnet bagi Kenya di mata negara-negara Afrika.
Sumber Kompas.com
Selasa, 12 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar