CEO BlackBerry Thorsten Heins merilis sistem operasi BlackBerry 10 |
Untuk gadget dengan sistem operasi BlackBerry 10, operator tak perlu lagi menyediakan layanan internet khusus bagi pengguna. Cukup dengan paket data yang ada, perangkat sudah bisa jalankan internet.
Meski demikian, berbagai layanan khas BlackBerry tetap tersedia di BlackBerry 10. Termasuk, tentunya, BlackBerry Messenger (BBM).
Apa dampaknya bagi pengguna?
Bagi pengguna, efek yang paling terasa adalah tak bisa memilih layanan BlackBerry yang mau mereka pakai.
Dulu, di era BIS, selain memakai internet full service, pengguna BlackBerry lawas bisa memilih paket berdasarkan volume yang terbatas. Misalnya hanya menggunakan BlackBerry Messenger (BBM) dan jejaring sosial saja.
Paket dengan volume terbatas ini sangat populer di Indonesia, karena banyak pelanggan yang berorientasi pada harga murah, sehingga cukup membayar setengah dari harga full service BlackBerry.
Tapi di BlackBerry 10, hal ini sudah tak bisa lagi dilakukan. Pengguna diharuskan langganan layanan data yang tersedia di operator, maka semua layanan yang berhubungan dengan internet sudah berjalan semua.
Ini membuat metode berlangganan internet di BlackBerry 10 serupa dengan perangkat Android, Windows Phone atau iPhone.
Bagaimana dengan keamanan data?
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia, Setyanto P. Santosa berpendapat, BBM di BlackBerry 10 kini sama seperti layanan pesan instan lainnya seperti WhatsApp, Line, KakaoTalk, dan WeChat.
Dulu, melalui layanan BIS, semua komunikasi yang melewati jaringan dan server BlackBerry memakai teknik kompresi dan enkripsi tinggi, yang merupakan keunggulan dari BlackBerry.
Setyanto berpendapat, enkripsi dan kompresi yang diterapkan saat ini akan berbeda dengan yang dulu tersedia lewat BIS.
"Dengan tidak adanya layanan BIS, maka konsekuensinya tidak ada kompresi data, yang akan menyebabkan konsumsi data lebih besar bagi pengguna," jelas Setyanto. Tapi di sisi lain, hal ini membuat akses internet di BlackBerry 10 lebih cepat, setara dengan ponsel pintar lainnya.
Sementara itu, Setyanto melanjutkan, tidak adanya enkripsi tentu membuat perubahan dalam lingkup keamanan dan kerahasiaan di BlackBerry. Seperti apa persisnya perubahan itu belum diketahui.
Lalu, apa dampaknya bagi operator?
Dari sisi operator, mungkin ada sedikit keuntungan karena mereka tak perlu membayar lisensi ke BlackBerry.
Namun, Setyanto mengatakan, hal itu juga belum tentu benar. "Hanya berkurang biaya, dan mungkin juga hilang revenue dari layanan BIS selama ini," katanya.
Dampak yang lebih terasa bagi operator adalah perlunya upaya untuk mengedukasi pasar atas perbedaan BlackBerry 10 dan BlackBerry lawas. Ini karena, pengguna ponsel BlackBerry lama yang menggunakan sistem operasi versi 7 dan di bawahnya, masih bergantung pada BIS.
Adakah dampaknya untuk BlackBerry?
Dengan tidak adanya BIS, sebagian pihak berspekulasi BlackBerry akan mengalami kerugian karena tidak menerima biaya lisensi BIS dari operator.
Pihak operator seluler di Indonesia enggan memberikan jawaban mereka soal biaya lisensi yang dibayar ke BlackBerry. "Itu perjanjian bisnis antara operator dengan BlackBerry. Kita tidak bisa sebut angkanya," kata Director & Chief Commercial Officer Indosat, Erik Meijer beberapa waktu lalu di acara Indosat Ready Super Experience BlackBerry Z10 di Jakarta.
Hal senada diungkapkan Dian Siswarini, Chief Digital Services Officer XL Axiata. "Setiap operator punya perjanjian masing-masing, mungkin ada juga yang berdasarkan volume," katanya.
Senior Country Product Manager BlackBerry Southeast Asia, Ardo Fadhola mengatakan, meski mereka tak menerima pendapatan BIS dari BlackBerry 10, tapi BlackBerry masih menerima pendapatan dari layanan lain.
"Kami tentu sudah memikirkannya matang-matang, harus ada pendapatan dari layanan lain," katanya.
Sumber Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar