Sementara banyak perusahaan mulai mempertimbangkan untuk menerapkan sistem kerja remote
(dari jarak jauh) bagi para karyawannya, belum lama ini CEO Yahoo,
Marissa Mayer, justru membuat peraturan baru yang mengharuskan para
karyawannya bekerja di kantor. Peraturan tersebut mulai berlaku pada
Juni 2013 mendatang.
Sistem kerja remote memang
menawarkan kelebihan dan kemudahan bagi perusahaan dan karyawan. Namun,
tantangannya cukup berat, terutama dalam hal menjaga komunikasi,
produktivitas, dan iklim kolaborasi antarkaryawan dan tim. Tampaknya
tantangan ini sulit dihadapi Yahoo.
Dalam memo tertulis yang
dikirimkan oleh Jackie Reses, Executive Vice President of People &
Development Yahoo! Inc., peraturan baru itu dibuat untuk mempererat
komunikasi dan kolaborasi para karyawan—agar mereka menjadi lebih
produktif.
Peraturan tersebut menuai banyak pro dan kontra.
Kritik dan ungkapan kekecewaan terutama datang dari kalangan karyawan
yang sudah telanjur menikmati nyamannya bekerja dari rumah. Tetapi,
banyak pula blogger dan ibu yang memiliki anak melayangkan protes. Menurut mereka, Mayer tidak memahami penderitaan para ibu yang bekerja.
Namun,
banyak pula pihak yang mendukung Mayer. Tom Gimbel, pendiri dan CEO
LaSalle Network, salah satunya. LaSalle Network adalah sebuah perusahaan
perekrutan SDM yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat.
Menurut Gimbel, seperti dikutip dari Business Insider,
keputusan itu diambil Mayer bukan karena tidak memedulikan hak pekerja,
terutama para ibu yang memiliki anak. Keputusan itu diambil karena
Yahoo yang sedang menghadapi masalah dan perlu mengubah kultur
perusahaannya. Untuk melakukan perubahan, perusahaan membutuhkan
kehadiran para karyawannya secara fisik.
Gimbel menganalogikan
Yahoo seperti sebuah tim basket. Satu tim basket terdiri dari lima orang
pemain yang tidak bisa bermain di lapangan yang berbeda. Di lapangan
yang berbeda, mereka mungkin bisa menjadi penembak bola yang jitu.
Tetapi, mereka tidak akan tahu bagaimana caranya bekerja sama. Gimbel
menilai, dengan menerapkan peraturan itu, Mayer justru memberi
kesempatan bagi setiap karyawan untuk menyelamatkan Yahoo dan mengubah
perusahaan itu menjadi lebih baik.
Keputusan Mayer juga mendapat
dukungan dari beberapa mantan karyawan Yahoo, termasuk mantan eksekutif
Yahoo, Michael Katz. Menurut Katz, larangan bagi karyawan Yahoo untuk
bekerja dari rumah adalah hal yang sangat tepat.
Ada beberapa alasan mengapa Mayer harus membuat peraturan tersebut. Jumlah karyawan Yahoo yang bekerja secara remote sangat banyak, dan mereka berasal dari berbagai divisi—mulai dari divisi marketing hingga engineering.
Kebanyakan dari mereka tidak produktif. Selain itu, kebanyakan
perusahaan digital lainnya di Silicon Valley tidak menerapkan sistem
kerja remote seperti yang dilakukan Yahoo, contohnya Google dan Facebook.
Alasan
finansial tampaknya juga menjadi pertimbangan Mayer. Dengan adanya
peraturan itu, para karyawan yang tidak mau bekerja di kantor bisa
berhenti dari Yahoo. Hal ini tentunya akan membantu Yahoo melakukan
penghematan.
Pada intinya, Yahoo menjadi terpuruk karena selama
15 tahun terakhir sudah menjadi perusahaan yang “malas”dan memanjakan
para karyawannya. Di bawah kepemimpinannya, tampaknya Mayer merasa
sangat perlu menata ulang Yahoo agar bisa menjadi perusahaan yang lebih
“langsing dan gesit”.
Senin, 11 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar