Jumat, 01 Maret 2013

Diragukan, Anas Urbaningrum Berani Ungkap Century

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum diduga sedang membangun posisi tawar di internal Demokrat. Kecil kemungkinan Anas berani membuka kasus pemberian dana talangan untuk Bank Century dan dugaan penggelembungan suara dalam Pemilu 2009.
”Anas tentu tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga pengikutnya. Jadi, dia sedang membangun posisi tawar, misalnya baik dia mundur, tetapi pengikutnya jangan dibumihanguskan di Demokrat,” kata M Qodari dari Indo Barometer, Kamis (28/2/2013), di Gedung DPR, Jakarta.
Penyusunan daftar calon anggota legislatif Pemilu 2014 dapat menjadi bagian dari kompromi terhadap posisi tawar Anas.
Yunarto Wijaya dari Charta Politika melihat mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam itu hanya ingin buka-bukaan secara politik. Anas hanya ingin membuka wajah lain Demokrat dan Yudhoyono.
Pengamat politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, melihat kunjungan para tokoh ke rumah Anas memberi simpati sebagai hal positif. ”Tetapi, jika mereka mengeluarkan pernyataan terhadap kasus hukum Anas, saya khawatir langkah-langkah mereka bias,” ujar Chaniago.
Pengamat politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, menyatakan, tidak munculnya tokoh-tokoh senior Demokrat membuktikan adanya konflik besar di tingkat internal.
Ketua umum
Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, menyatakan, ada dua kemungkinan untuk pengganti Anas, yaitu menggelar kongres luar biasa dan menunjuk pelaksana tugas (plt) ketua umum.
Peneliti politik Soegeng Sarjadi Syndicate, Ridho Imawan Hanafi, mengemukakan, penunjukan plt ketua umum akan berhadapan dengan persepsi publik bahwa Yudhoyono otoriter atau dianggap melebihi kewenangan semestinya. ”Dominasi figur tidak otomatis negatif selama dipakai untuk membangun sistem. Akan negatif jika dominasi digunakan untuk melanggengkan pengaruh,” ujarnya.
Pengajar politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, menyebutkan, jika plt ketua umum ditunjuk Yudhoyono, hal itu memperlihatkan dominannya pendekatan kekuasaan dibandingkan dengan pendekatan pelembagaaan konstitusi partai.
Mencari ketua umum adalah persoalan berat bagi Demokrat yang ditinggal Anas dan menyandarkan kekuatan pada figur Yudhoyono. Ketua umum harus menaikkan elektabilitas, meningkatkan soliditas, dan menerjemahkan strategi Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi Demokrat. ”Sulit dapat memenuhi ketiga kebutuhan itu sekaligus,” ujar Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda AR.
Di sejumlah daerah, harapan untuk pengganti Anas mengemuka. Selain harapan akan figur bersih, santun, dan cerdas, sejumlah nama sudah dikemukakan, seperti Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Ketua DPR Marzuki Alie.

Sumber Kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar