Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum diduga sedang
membangun posisi tawar di internal Demokrat. Kecil kemungkinan Anas
berani membuka kasus pemberian dana talangan untuk Bank Century dan
dugaan penggelembungan suara dalam Pemilu 2009.
”Anas tentu tidak
hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga pengikutnya. Jadi, dia
sedang membangun posisi tawar, misalnya baik dia mundur, tetapi
pengikutnya jangan dibumihanguskan di Demokrat,” kata M Qodari dari
Indo Barometer, Kamis (28/2/2013), di Gedung DPR, Jakarta.
Penyusunan daftar calon anggota legislatif Pemilu 2014 dapat menjadi bagian dari kompromi terhadap posisi tawar Anas.
Yunarto
Wijaya dari Charta Politika melihat mantan Ketua Umum PB Himpunan
Mahasiswa Islam itu hanya ingin buka-bukaan secara politik. Anas hanya
ingin membuka wajah lain Demokrat dan Yudhoyono.
Pengamat politik
Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, melihat kunjungan para tokoh
ke rumah Anas memberi simpati sebagai hal positif. ”Tetapi, jika mereka
mengeluarkan pernyataan terhadap kasus hukum Anas, saya khawatir
langkah-langkah mereka bias,” ujar Chaniago.
Pengamat politik
Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, menyatakan, tidak munculnya
tokoh-tokoh senior Demokrat membuktikan adanya konflik besar di tingkat
internal.
Ketua umum
Sementara itu,
anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, menyatakan, ada
dua kemungkinan untuk pengganti Anas, yaitu menggelar kongres luar
biasa dan menunjuk pelaksana tugas (plt) ketua umum.
Peneliti
politik Soegeng Sarjadi Syndicate, Ridho Imawan Hanafi, mengemukakan,
penunjukan plt ketua umum akan berhadapan dengan persepsi publik bahwa
Yudhoyono otoriter atau dianggap melebihi kewenangan semestinya.
”Dominasi figur tidak otomatis negatif selama dipakai untuk membangun
sistem. Akan negatif jika dominasi digunakan untuk melanggengkan
pengaruh,” ujarnya.
Pengajar politik Universitas Gadjah Mada, Ari
Dwipayana, menyebutkan, jika plt ketua umum ditunjuk Yudhoyono, hal itu
memperlihatkan dominannya pendekatan kekuasaan dibandingkan dengan
pendekatan pelembagaaan konstitusi partai.
Mencari ketua umum
adalah persoalan berat bagi Demokrat yang ditinggal Anas dan
menyandarkan kekuatan pada figur Yudhoyono. Ketua umum harus menaikkan
elektabilitas, meningkatkan soliditas, dan menerjemahkan strategi
Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi Demokrat. ”Sulit dapat memenuhi
ketiga kebutuhan itu sekaligus,” ujar Direktur Eksekutif Pol-Tracking
Institute Hanta Yuda AR.
Di sejumlah daerah, harapan untuk
pengganti Anas mengemuka. Selain harapan akan figur bersih, santun, dan
cerdas, sejumlah nama sudah dikemukakan, seperti Gubernur Jawa Timur
Soekarwo dan Ketua DPR Marzuki Alie.
Sumber Kompas.com
Jumat, 01 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar