Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Max Sopacua. |
"Saya sampaikan kalau selama 2,5 tahun ini Mas Anas tahu persoalannya dan apa pun yang terjadi di kapal Demokrat karena Pak Anas adalah nahkodanya. Pak Anas adalah panglimanya. Semua persoalan di sana dia tahu sejak awal," ucap Max saat dihubungi, Rabu (27/2/2013).
Max menyatakan belum mengetahui alasan Anas baru ingin mengungkapnya saat ini. Ia juga tidak mau mengaitkan bahwa ini sebagai upaya perlawanan Anas kepada Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkannya sebagai tersangka kasus Hambalang.
"Ada keterkaitan itu saya tidak tahu dan kenapa juga tidak disampaikan atau menutup-nutupi. Kenapa baru sekarang? Kalau dia baru tahu sekarang, itu wajar. Tapi, tidak mungkin selama 2,5 tahun ini, Mas Anas adalah panglima, dia tahu semua," ucap Max.
Anggota Komisi I DPR itu pun melihat ada keganjilan dalam pernyataan-pernyataan Anas. Pasalnya, Nazaruddin yang selama ini didakwa melakukan permainan anggaran, diakui Max, pasti sudah diketahui sejak awal oleh Anas. Namun, nama Nazar, yang juga selalu menyeret-nyeret nama Anas, tidak disinggung mantan Ketua Umum PB HMI itu.
"Saya pikir rada-rada aneh itu. Ketum pasti tahu yang terjadi di partainya, tapi dia justru menempatkan Nazar jadi bendahara partai sekaligus bendahara fraksi. Dari situ, harusnya Anas bisa mengetahui hal-hal lain. Kalau sekarang diungkap, saya bertanya-tanya," ucap Max.
Lebih jauh, Max tetap mendukung langkah Anas yang ingin membuka keterlibatan Anas. "Tidak ada hal yang harus dihadang. Kalau ada datanya, silakan membuka," tukas Max.
Anas siap ungkap peran Ibas
Sebelumnya, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengaku pernah ikut dalam pertemuan antara M Nazaruddin dan politisi senior Demokrat Amir Syamsuddin terkait kasus Hambalang. Saat itu, Amir meminta keterangan Nazar terkait aliran uang Hambalang. Pada rapat itu, Anas mengaku hanya mendengarkan penjelasan Nazar kepada Amir.
Apakah Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas turut menikmati aliran dana Hambalang? "Pak Amir-lah yang lebih pas (menjelaskannya)," kata Anas singkat pada wawancara dengan RCTI, Rabu (27/2/2013).
Ketika kali pertama kasus Hambalang mencuat, Anas pernah dikabarkan membawa Nazar ke kediaman Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Pada pertemuan itu, Nazar dikatakan menyebut keterlibatan Ibas dalam kasus tersebut. Anas menyebutkan, penjelasan Nazar terkait aliran uang Hambalang cukup mengejutkan. Anas mengatakan, beberapa orang memang turut menikmati uang Hambalang. Terkait nama-namanya, Anas tak menyebutkan.
Ketika dikejar dengan pertanyaan soal beredarnya tudingan bahwa Ibas turut menikmati uang yang diduga suap tersebut, Anas hanya menjawabnya secara singkat. "Saya hanya ikut rapat dan mendengarkan. Jadi, kalau hadist rawuh-nya Pak Amir, kecuali Pak Amir pas ditanya tak mau menjelaskan, pemain penggantinya adalah saya," kata Anas.
Terkait penyelesaian kasus Hambalang, Anas meminta masyarakat menghormati proses hukum yang berjalan di KPK. Dia tak berada dalam posisi mendoakan dan mendorong orang lain untuk celaka. Ketika ditanya apakah dirinya akan mengungkapkan orang-orang yang diyakininya menerima uang Hambalang, Anas kembali memberikan jawaban singkat.
"Ada tugas penting yang saya lakukan. Ukurannya adalah penting. Meski kecil, kita harus berpikir untuk hal-hal yang besar. Urusan-urusan, yang mungkin kurang penting, tidak akan saya lakukan. Tetapi, nanti tergantung pertimbangan-pertimbangan penting," kata Anas.
Menurut dia, segala pertimbangan masih terbuka. "Tidak ada yang titik. Yang ada adalah koma," katanya.
Kendati demikian, Anas menegaskan, dia memiliki standar etik terkait hal-hal yang akan diungkapkannya. Hal-hal yang diungkap, sambungnya, dapat bermanfaat bagi Partai Demokrat dan Indonesia.
Sebelumnya, terkait dugaan keterlibatannya, Ibas telah menyangkalnya. "Janganlah membawa isu dengan mengaitkannya ke saya. Semua itu ngawur dan diada-adakan. Semoga hukum tegak lurus," kata Ibas.
Ibas menyebut tudingan Nazar—bahwa dirinya pernah menyaksikan penyerahan uang Hambalang sebesar Rp 10 miliar—sebagai skenario politik. "Seribu persen, saya ulangi, seribu persen, berita itu tidak benar," katanya.
Sumber Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar